JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah mengalami penguatan yang cukup lama selama hampir 1,5 bulan, sejak pertengahan Januari 2010 sampai dengan awal Maret, akhirnya dollar AS melemah terhadap mata uang utama dunia.
Indeks dollar AS sempat menguat cukup tinggi mencapai 5,4 persen dari 76,7 per 14 Januari menjadi 80,9 per 3 Maret 2010. ”Penguatan indeks dollar yang cukup panjang tersebut menyebabkan dollar AS terkoreksi secara alamiah untuk sementara waktu,” ujar Treasury & Capital Markets PT Bank Danamon, Anton Hendranata.
Hal itu terlihat pada pekan pertama Maret, mata uang Paman Sam ini melemah terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia, kecuali Jepang. ”Yang cukup mengejutkan, dollar AS juga melemah terhadap euro selama seminggu terakhir ini, padahal sebelumnya euro sangat lemah terhadap dollar AS, terutama akibat masalah utang Yunani yang belum ada kepastian solusinya,” ungkapnya.
Dengan melemahnya dollar AS, rupiah juga memperoleh keuntungan. Pada pekan pertama Maret, rupiah menguat lebih baik dibandingkan dengan minggu terakhir Februari.
Penguatan rupiah didukung dengan makin membaiknya perekonomian Indonesia di mana perdagangan internasional makin bergairah, ekspor meningkat tajam, begitu juga dengan impor. ”Sedangkan inflasi sampai Februari cukup rendah dan terkendali meski pemerintah merencanakan kenaikan tarif daya listrik pada Juni 2010, yang sebelumnya direncanakan pada Januari,” ujar Anton.
Sementara keputusan Pansus Bank Century yang menyatakan bahwa bail out bermasalah, sebutnya, ternyata tidak menggoyahkan rupiah. Begitu juga dengan rencana BI mengubah pelaksanaan lelang SBI dari mingguan menjadi bulanan dan mengurangi SBI 1 bulan, kemudian selanjutnya diarahkan ke SBI 3 dan 6 bulan masih belum terlihat dampaknya saat ini.
Terus membaiknya perekonomian Indonesia menyebabkan persepsi yang makin positif terhadap perekonomian domestik. Persepsi risiko gagal bayar Indonesia menunjukkan tren penurunan, tecermin dari turunnya rentang CDS 5-tahun. Kondisi ini diiringi masuknya arus modal asing ke dalam perekonomian domestik.
Di pasar saham, nilai bersih investor asing meningkat kembali pada pekan pertama Maret ini, sementara posisi asing di pasar obligasi terus meningkat hingga Rp 125,1 triliun per 5 Maret dari Rp 120,8 triliun pada akhir Februari. Begitu juga dengan imbal hasil obligasi yang cenderung menurun yang menunjukkan masih tingginya permintaan terhadap obligasi pemerintah.
”Dengan melihat tren jangka pendek pelemahan indeks dollar AS dan menurunnya persepsi risiko di kawasan emerging market serta makin membaiknya perekonomian domestik, menurut perkiraan kami, rupiah cenderung mendatar dan berpotensi sedikit menguat selama seminggu ke depan,” ungkap Anton.
Indeks dollar AS sempat menguat cukup tinggi mencapai 5,4 persen dari 76,7 per 14 Januari menjadi 80,9 per 3 Maret 2010. ”Penguatan indeks dollar yang cukup panjang tersebut menyebabkan dollar AS terkoreksi secara alamiah untuk sementara waktu,” ujar Treasury & Capital Markets PT Bank Danamon, Anton Hendranata.
Hal itu terlihat pada pekan pertama Maret, mata uang Paman Sam ini melemah terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia, kecuali Jepang. ”Yang cukup mengejutkan, dollar AS juga melemah terhadap euro selama seminggu terakhir ini, padahal sebelumnya euro sangat lemah terhadap dollar AS, terutama akibat masalah utang Yunani yang belum ada kepastian solusinya,” ungkapnya.
Dengan melemahnya dollar AS, rupiah juga memperoleh keuntungan. Pada pekan pertama Maret, rupiah menguat lebih baik dibandingkan dengan minggu terakhir Februari.
Penguatan rupiah didukung dengan makin membaiknya perekonomian Indonesia di mana perdagangan internasional makin bergairah, ekspor meningkat tajam, begitu juga dengan impor. ”Sedangkan inflasi sampai Februari cukup rendah dan terkendali meski pemerintah merencanakan kenaikan tarif daya listrik pada Juni 2010, yang sebelumnya direncanakan pada Januari,” ujar Anton.
Sementara keputusan Pansus Bank Century yang menyatakan bahwa bail out bermasalah, sebutnya, ternyata tidak menggoyahkan rupiah. Begitu juga dengan rencana BI mengubah pelaksanaan lelang SBI dari mingguan menjadi bulanan dan mengurangi SBI 1 bulan, kemudian selanjutnya diarahkan ke SBI 3 dan 6 bulan masih belum terlihat dampaknya saat ini.
Terus membaiknya perekonomian Indonesia menyebabkan persepsi yang makin positif terhadap perekonomian domestik. Persepsi risiko gagal bayar Indonesia menunjukkan tren penurunan, tecermin dari turunnya rentang CDS 5-tahun. Kondisi ini diiringi masuknya arus modal asing ke dalam perekonomian domestik.
Di pasar saham, nilai bersih investor asing meningkat kembali pada pekan pertama Maret ini, sementara posisi asing di pasar obligasi terus meningkat hingga Rp 125,1 triliun per 5 Maret dari Rp 120,8 triliun pada akhir Februari. Begitu juga dengan imbal hasil obligasi yang cenderung menurun yang menunjukkan masih tingginya permintaan terhadap obligasi pemerintah.
”Dengan melihat tren jangka pendek pelemahan indeks dollar AS dan menurunnya persepsi risiko di kawasan emerging market serta makin membaiknya perekonomian domestik, menurut perkiraan kami, rupiah cenderung mendatar dan berpotensi sedikit menguat selama seminggu ke depan,” ungkap Anton.
0 komentar:
Posting Komentar